Ajukan “Questions that matter”. Anda berani? - Taufiq Amir
977
post-template-default,single,single-post,postid-977,single-format-standard,bridge-core-2.7.2,qode-page-transition-enabled,ajax_fade,page_not_loaded,,no_animation_on_touch,qode-theme-ver-25.7,qode-theme-bridge,disabled_footer_top,qode_header_in_grid,wpb-js-composer js-comp-ver-6.6.0,vc_responsive

Ajukan “Questions that matter”. Anda berani?

Ajukan “Questions that matter”. Anda berani?

Beberapa waktu lalu, bersama komunitas MOOC U-lab di Jakarta, saya ikut diskusi dengan Dr.Otto Scharmer. Otto adalah dosen MIT’s Sloan school of management dan pendiri Presence institute, lembaga pendorong inovasi sosial di mancanegara.

Selain karena bertemu teman dengan minat serupa, yang membuat berkesan pada pertemuan kali itu adalah cerita Dr. Otto, bahwa orang-orang di MIT sebenarnya tidak lebih pintar dari kampus-kampus lain. Tapi, menurut penggagas Theory U ini, kehebatannya terletak pada bagaimana mereka memfasilitasi orang-orang yang ingin mencari solusi dari “Questions that matter”.  “People who are not afraid asking big questions”

Sebagian besar kisah sukses inovasi di manapun, sering tidak terlepas dari upaya inovator mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan besar. Karena itu, sebagai profesional, kita dianjurkan untuk ajukan pertanyaan besar bagi departemen, divisi atau organisasi kita. Tentang rencana, keputusan, atau kebijakan-kebijakan, tentang apapun yang berpotensi membawa perubahan baik. Berani mempertanyakan sesuatu, apalagi persoalan besar, akan menggiring kita pada kemajuan. Kalau ada suara-suara yang meragukan inisiatif anda, sangkal lah dengan pertanyaan balik, “why not?”

Sungguh ironis ketika tidak sedikit organisasi yang seakan menghindar dari pertanyaan-pertanyaan. Sebuah iklim sengaja diciptakan agar orang tidak bisa “mempertanyakan” rencana, keputusan atau kebijakan yang diambil. Jadi, jangankan “pertanyaan besar” sesuatu yang memungkin membawa perubahan besar. Mempertanyakan praktek-praktek yang biasa dikerjakan pun, karyawan tidak punya ruangan atau saluran. Seakan para pemimpin, atau manajernya tidak ingin mendapatkan tantangan. Lebih buruk lagi, bila mempertanyakan dianggap “menentang”. Mereka lebih suka bila semua orang ikut saja tanpa pertanyaan apalagi kritik.

Perubahan ke arah yang baik, inovasi hebat, lahir dari keinginan menjawab pertanyaan-pertanyaan besar yang menantang. Jadilah orang yang tak ragu mempertanyakan hal besar, fasilitasilah organisasi agar kondusif dan nyaman untuk “questions that matter”.