Happiness at work (1) - Taufiq Amir
377
post-template-default,single,single-post,postid-377,single-format-standard,bridge-core-2.7.2,qode-page-transition-enabled,ajax_fade,page_not_loaded,,qode-theme-ver-25.7,qode-theme-bridge,disabled_footer_top,qode_header_in_grid,wpb-js-composer js-comp-ver-6.6.0,vc_responsive

Happiness at work (1)

Happiness at work (1)

happy-at-workSemua orang ingin bahagia, termasuk saat bekerja di kantor. Tapi seperti apa sesungguhnya yang dikatakan bahagia dalam bekerja? Secara umum, kita mengatakan orang yang bahagia adalah orang yang lebih sering merasakan atau memiliki mood yang positif ketimbang yang negatif. Orang yang bahagia di kantor, adalah orang yang merasa dia, dan segala sesuatu yang terkait dengan pekerjaannya terasa ?ok-ok? saja, tidak ada masalah yang berarti. Segala sesuatu terasa tentram.

Lebih detil, kita bisa merujuk pada hasil penelitian ahli psikologi positif Lyubomirsky, peneliti University of California yang menulis buku ?The how of happiness? dan ?The myth of happiness?. Pakar psikologi positif ini mengatakan, orang berbeda-beda tingkatan bahagianya, tapi selalu ada di dalam rentang kontinuum ?Low intensity positive emotion? dan ?high intensity positive emotion?. Di sisi kiri kontinum, ada rasa damai, tentram, tenang. Di sisi kanan, ada perasaan riang, meluap-luap, seakan merasakan euphoria. Selama seseorang ada dalam rentang kontinuum ini, maka ia sudah bisa dikatakan bahagia. Semakin sering berada di sisi sebelah kanan kontinum, semakin baik. Kapan kondisi ini terjadi dalam pekerjaan kita?

Ada banyak faktor yang menentukan. Konsep-konsep perilaku organisasi tentang pekerjaan mengungkap faktor2 itu, baik yang bersifat ekstrinsik seperti kompensasi, suasana kantor, kolega kerja yang enak team working nya, atasan yang supportif, atau identitas perusahaan yang bikin bangga. Semua menyumbang rasa bahagia itu. Tapi, faktor intrinsik dari pekerjaan itu sendiri pun menentukan. Peluang untuk berkembang dengan kecakapan dan pengetahuan yang baru atau pekerjaan yang memberikan tantangan dapat memberikan perasaan bahagia. Lebih dari itu, ini yang paling penting: di luar aspek pekerjaan ini, potensi untuk bahagia juga banyak ditentukan oleh kita sendiri.

Sebagai individu, kita perlu dan bisa berperan aktif menciptakan kondisi bahagia. Masih ingat konsep job crafting? Kita adalah karyawan yang bisa berperan aktif memodifikasi pekerjaan kita dengan merumuskan tantangan pekerjaan yang baru, lebih dari sekadar yang tertera di job description. Juga, kita bisa upayakan hal itu dengan menciptakan bentuk hubungan-hubungan yang baru dengan karyawan lain. Kedua hal ini bisa menggiring kita ke hal ketiga dalam job crafting, menciptakan makna pekerjaan yang baru. Daripada sekadar merasa ?skrup? kecil penunjang keberhasilan ?mesin organisasi?, kita ciptakan makna baru dari pekerjaan dan peran kita. Misalnya, yang paling mudah adalah melihat diri anda sebagai ?pahlawan? keluarga anda, istri dan anak-anak anda. Tahap berikutnya lihat peran anda lebih luas, ke komunitas terdekat anda, atau yang lebih ambisius ke masyarakat luas! Ketiga strategi ini bisa membuka jalur baru yang dapat membawa kita lebih sering di sisi kanan kontinuum bahagia. Singkatnya, tindakan yang bersifat aktif ini bisa turut mengontrol situasi agar seseorang dapat lebih sering merasa bahagia dalam pekerjaannya.

Jangan heran, di banyak tempat bekerja yang barangkali faktor ekstrinsik dari pekerjaan kondisinya memprihatinkan, orang tetap bisa menunjukkan tanda-tanda bahagia. Mereka prososial, menyempatkan diri berhubungan akrab dengan sesama rekan kerja, tetap merasa optimis, merasakan live the moment dan mungkin masih sempat bersyukur dengan kondisi yang dihadapinya, sementara itu, target-target pekerjaan- baik yang bersifat pribadi maupun organisasi – demi tumbuhnya kompetensi dan pengembangan karier tak luput dicapai.

Sudahkah kondisi anda di kantor seperti itu hari ini?