"Happy" atau "positivity"? - Taufiq Amir
429
post-template-default,single,single-post,postid-429,single-format-standard,bridge-core-2.7.2,qode-page-transition-enabled,ajax_fade,page_not_loaded,,qode-theme-ver-25.7,qode-theme-bridge,disabled_footer_top,qode_header_in_grid,wpb-js-composer js-comp-ver-6.6.0,vc_responsive

“Happy” atau “positivity”?

“Happy” atau “positivity”?

Positivity_Bracelet_YellowKata “happy” dalam bahasa Inggris berarti “senang”, “suka cita, “girang” atau yang mungkin paling sering adalah “bahagia” dalam bahasa Indonesia. Tidak ada yang salah dengan ini. Tapi, (perasaan saya) menggunakan kata “bahagia” untuk menjelaskan suasana emosi yang menyenangkan untuk urusan pekerjaan, tidak selalu ?nyaman?. Mungkin karena “bahagia” memang kerap kita gunakan untuk sesuatu yang luar biasa. Misalnya, untuk even “besar” semacam perkawinan: kita gunakan “Selamat berbahagia”. Kita juga gunakan kata ini untuk menggambarkan satu kualitas personil seseorang, ?Ia seorang ibu yang bahagia?. Atau orang juga sering menggunakannya untuk menggambarkan tujuan akhir hidupnya, “aku cuma ingin hidup bahagia”.

Ah, tapi kadang-kadang, untuk hal yang sederhana seperti mahasiswa yang penuh suka cita mengatakan “bahagia rasanya ada dosen ku hari ini nggak datang” Jelas sekali istilah bahagia overused digunakan di berbagai situasi sehingga batasannya menjadi kabur.

Barbara Fredrikson, pakar emosi positif dari University of North Carolina yang menulis buku Positivity, menjadikan pertimbangan-pertimbangan di atas untuk menggunakan istilah positivity untuk menggambarkan berbagai wujud emosi positif. Sekadar memilih yang relevan untuk? dunia kerja, wujud itu misalnya penuh minat (interest), harapan (hope), optimisme (optimism), rasa bangga (pride), inspirasi (inspiration).

Dengan menggunakan istilah positivity, mungkin bisa membantu kita membahas berbagai peran dari emosi positif ini dalam dunia kerja. Tidak harus terkukung pada istilah happy atau bahagia yang terlalu generik.