Melatih "compassion" - Taufiq Amir
540
post-template-default,single,single-post,postid-540,single-format-standard,bridge-core-2.7.2,qode-page-transition-enabled,ajax_fade,page_not_loaded,,qode-theme-ver-25.7,qode-theme-bridge,disabled_footer_top,qode_header_in_grid,wpb-js-composer js-comp-ver-6.6.0,vc_responsive

Melatih “compassion”

Melatih “compassion”

brain exerciseSikap mental untuk bersikap dan berperilaku empatik sekaligus compassionate adalah landasan untuk terbiasa dan secara instingtif bertindak welas asih. Untungnya, tersedia berbagai strategi untuk melatihnya. Saya paling suka dengan praktek loving kindness meditation, yang popular dalam ranah meditasi. Pertama, karena prakteknya sangat sederhana. Kedua, impact yang dihasilkannya sangat terasa dan signifikan. Tak heran pendekatan ini sangat popular. Mari kita coba.

Bayangkanlah orang-orang yang biasa bekerja sama dengan anda (misalnya rekan-rekan di kantor), atau mereka yang ada disekitar ruang kerja anda.

Panjatkan harapan dan doa untuk mereka dalam hati anda seperti sbb:

Mudah2an orang(orang) ini memiliki kekuatan, daya, memperoleh dukungan yang diperlukannya untuk mengarungi kesulitan yang dialaminya.

Mudah2an orang(orang) ini terbebas dari rasa sulit dan derita.

Mudah2an orang(orang) ini memperoleh suka cita dan bahagia

Karena orang ini adalah manusia biasa, sama juga seperti ku,? (jeda sejenak …)

Mudah2an setiap orang yang saya kenal selalu berbahagia …

Latihlah praktek ini setidaknya satu kali atau dua kali sehari. Misalnya saat memulai bekerja di pagi hari. Kemudian, satu kali lagi sejenak ketika anda ingin mulai bekerja lagi setelah istirahat di siang hari.

Kalau anda seperti kebanyakan orang, maka anda akan merasa lega, tenang dan merasa positif saat melakukannya. Sebagian besar mengatakan bahwa? mereka menemukan bahwa menghantarkan kebajikan itu sebuah pengalaman yang menenangkan dan membuat bahagia. Hampir tidak berbeda ketika anda menerima atau mendengar yang baik-baik dari orang lain untuk anda.

Adalah masuk akal ini semua terjadi. Seperti yang pernah kita bahas, otak kita pada dasarnya, dari sononya,? memang tercipta untuk saling terhubung dengan orang lain. Berharap sesuatu yang baik akan terjadi pada orang lain membuat perasaan terhubung semakin kuat. Ada penelitian bahkan menunjukkan mekanisme ini merupakan bagian penting dari pola umat manusia bersosialisasi sebagai upaya survive menghadapi masalah hidupnya. Melakukan hal yang baik pada orang lain ternyata secara intrinsik memberi ganjaran serupa untuk diri kita sendiri. Berharap orang lain bahagia dan berkeinginan membahagiakannya ternyata membuat diri kita sendiri bahagia ! Apalagi yang anda tunggu?

Kalau praktek ini kita latih dari waktu ke waktu secara kontinu, otak kita yang memang sdh pre-wired untuk berperilaku sosial akan meningkatkan kecenderungannya untuk merespon hal-hal yang compassionate. Dan seperti kecakapan lain yang kita bangun dengan latihan, semakin mudah pula anda untuk bersikap dan berperilaku welas asih.