02 May Tohpati sebagai “positive deviant”
Tohpati baru saja meluncurkan album barunya, Maru – dan dapat menjadi inspirasi sebagai sesuatu yang “positive deviance”. Positive deviance adalah satu asumsi dalam kepemimpinan positif, dimana seseorang melakukan perbuatan yang menyimpang, tidak biasa, dalam hal yang positif. Sesuatu yang extraordinary. Dimana keluarbiasaan album Tohpati yang tema covernya dirancang oleh Kanti, putri pertamanya ini?
Album ini adalah album ke 14 dari Tohpati sebagai karya solo. Ini di luar keterlibatan gitaris ini dalam grup-grup seperti Halmahera, Trisum, Janapati, Simak dialog, Tohpati bertiga, dimana ia sebagai anggota grup, dan diluar proyek-proyek dengan berbagai penyanyi. Produktivitas yang istimewa dibanding dengan pemusik pada umumnya. Untuk masalah produktivitas ini, Tohpati benchmarking ke almarhum Chick Corea yang sangat produktif. “Menghasilkan album itu menampilkan wajah dari perjalanan kita”. Katanya mendukung memberi semangat para musisi, terutama yang baru mengembangkan karier.
Hal kedua yang dapat disebut “menyimpang” adalah adalah pengerjaannya album ini. Tohpati dan rekan-rekannya merekam penampilannya secara live, dan mengambil berbagai risiko yang ada seperti kesalahan yang sulit diperbaiki. Dia mengaku, ada adrenalin bila bermain live, “mood nya beda”, “lebih greget” dan bisa mendapatkan hasil yang apa adanya. “Ada kejadian tidak disangka-sangka, tapi hasilnya malah enak” ungkap Tohpati. Untung di proyek ini dia didukung oleh pemain-pemain hebat dimana dimana mereka rata-rata ulang “take” 2 kali untuk satu lagu. Proses rekaman – setting alat, rehearsal, video, rekaman, tuntas dalam satu hari.
Nomor-nomor pada album Maru, yang membawa misi agar kita menyayangi keluarga ini sangat enak didengar. Bagi yang menyukai musik Jazz, aroma Lee rittenour, Larry Carlton, atau Karimata terasa di sana-sini musiknya, walau semua hadir dengan citarasa ramuan musik Tohpati.